Kampus Di Semarang Ini Punya Kelas Esport, Aov Pun Dipelajari
Semarang - Bagaimana rasanya jika kampus kalian memperlihatkan kelas esport? Buat para penggemar game, proposal ini niscaya dianggap sesuatu yang keren dan mengasyikkan.
Bukan sekadar khayalan, kelas e-sport ada di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. Kaprikornus di sini, mahasiswa dapat main game lebih "serius" sebagai bekal menjadi atlet esport atau pemain esport profesional nantinya.
Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikINET |
Kelas esport di Udinus Semarang berada di gedung D lantai 5 ruang 13. Saat detikINET berkunjung ke sana, ada 6 mahasiswa duduk berjajar melihat layar besar yang menampilkan game Arena of Valor (AoV) dan dua pengajar sedang menjelaskan taktik dan skill dari aksara game tersebut.
Baca juga: 'Kids Jaman Now' Cari Duit Lewat Esport |
Setelah mendengarkan penjelasan, para mahasiswa itu duduk membentuk bulat dan mengeluarkan smartphone mereka. Main bareng pun dimulai, para mahasiswa langung mempraktekkan apa yang sebelumnya dijelaskan pengajar.
Di ruangan itu, ada juga 5 unit komputer gaming. Di komputer itu, mahasiswa mendalami game League of Legends, Defence Of The Ancient 2 (DotA 2) dan Counter Strike: Global Offensive (CS:GO). Sedangkan game mobile selain AoV yang dipelajari yakni Mobile Legends.
"Nantinya juga ada PUBG baik mobile atau PC," kata Ketua IeSPA Jateng Nicodemus Dimas Nugrah Widiutomo, yang juga mengajar kelas esport di kampus tersebut.
Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikINET |
Nicodemus menjelaskan, awalnya IeSPA Jateng mempunyai keinginan untuk membentuk atlet esport di Jawa Tengah. Kemudian, melihat reputasi Udinus di bidang IT cukup menonjol, maka dijalinlah kerjasama jadwal tersebut.
Hal itu juga didukung oleh Wakil Rektor IV Bidang Penelitian & Kerjasama Udinus Pulung Nurtantio Andono, yang juga seorang gamer.
"Kami rindu di Jateng ada training supaya mereka ini jadi profesional. Kalau cuma ikut event lokal saja tidak berkembang, harus ada training dan training itu kami harus bekerjasama dengan bidang pendidikan," jelasnya.
Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikINET |
Peserta jadwal tersebut ketika ini mencapai 25 orang meski peminatnya banyak ketika pertama kali dibuka. Sempat terjadi miss mekanisme ketika 250 peminat mendaftar. Pada akhirnya, tersisa 25 mahasiswa dari aneka macam jurusan di Udinus mengikuti kelas tersebut.
"Untuk kelasnya, jamnya kita menyesuaikan mahasiswa supaya tidak mengganggu kuliah lainnya. Ini bukan mata kuliah ya, jika di sekolah semacam ekstra kulikuler," terang Nicodemus.
Para penerima jadwal e-sport juga ternyata sempat terkendala izin orang bau tanah alasannya dianggap mereka hanya main-main. Pihak IeSPA pun menyampaikan edukasi ke mahasiswa untuk dapat menjelaskan apa itu esport dan potensinya kepada orang bau tanah masing-masing.
Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikINET |
"Ya memang niscaya ada pro kontra. Kami meyakinkan dengan cara jelas, lagipula di Asian Games 2018 kemarin juga sudah masuk," urainya.
Salah satu peserta, M Faris Al Kautsar mengaku bahagia di kampusnya ada esport. Dengan demikian, hobi bermain gamenya dapat tersalurkan lebih positif. Mahasiswa asal Pangkalan Bun itu juga harus menjelaskan ke orang tuanya alasannya sempat ditentang.
"Ya harapannya dapat jadi atlet. Sebelumnya ikut kompetisi lokal tapi belum juara. Saya juga ingin tunjukkan ke orang bau tanah jika main game juga dapat berprestasi," ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Udinus semester 3 itu.
Kepala Biro Kerjasama dan Urusan Internasional Udinus Usman Sudibyo mengatakan, jadwal esport di Udinus merupakan jadwal berbayar yakni Rp 1,3 juta per semester.
Saat ini, jadwal tersebut masih pada tahap awal dan untuk menjadikannya sebagai jadwal studi, perjalanannya masih panjang alasannya harus melewati Kemenristekdikti.
"Kita inginnya ada atlet esport dari Udinus. Sebentar lagi ada kompetisi juga. Meski demikian kita mewanti-wanti supaya tidak mengganggu jam kuliah mahasiswa," tandas Usman.
Sumber detik.com
Comments
Post a Comment
Komentar yang kamu masukkan sedang dalam peninjauan.